Ini cerita Pendek tentang
pasangan suami istri sederhana
yang hidup bahagia
Di sebuah rumah mungil bercat biru muda di pinggiran kota, hiduplah sepasang suami istri, Pak Budi dan Bu Siti. Rumah mereka tak mewah, hanya berlantai semen dan berdinding anyaman bambu yang dicat rapi. Halaman depannya ditumbuhi beragam tanaman obat dan bunga-bunga kecil yang selalu mekar ceria. Mereka bukan orang kaya, jauh dari itu. Pak Budi adalah seorang penjahit rumahan, sementara Bu Siti membantu dengan menjual kue-kue tradisional titipan di warung depan gang.
Setiap pagi, mentari masuk menerangi rumah mereka, membangunkan Bu Siti yang sudah sigap menyiapkan sarapan sederhana: nasi hangat dengan tempe goreng dan sambal terasi. Aroma masakan Bu Siti selalu berhasil membangunkan Pak Budi dengan senyum. "Wanginya sampai ke mimpi, Bu," gurau Pak Budi sambil mencium kening istrinya. Mereka makan berdua di meja kayu kecil, berbagi cerita tentang rencana hari itu, atau sekadar tertawa mengingat kejadian lucu kemarin.
Kehidupan mereka jauh dari gemerlap. Tak ada liburan mewah, tak ada barang-barang bermerek. Namun, kebahagiaan mereka seolah tak pernah ada habisnya. Kebahagiaan itu ada dalam setiap jahitan rapi yang dihasilkan Pak Budi, dalam setiap senyum pelanggan yang menikmati kue Bu Siti, dalam obrolan hangat saat minum teh di sore hari di teras rumah mereka yang teduh.
Suatu kali, usaha jahit Pak Budi sempat sepi. Hanya ada satu dua pesanan dalam seminggu. Wajah Pak Budi sempat murung, khawatir tidak bisa mencukupi kebutuhan. Melihat itu, Bu Siti menggenggam tangan suaminya. "Jangan khawatir, Pak. Rezeki itu sudah diatur. Kita tetap berusaha dan bersyukur," ucapnya lembut. Bu Siti lalu berinisiatif untuk membuat lebih banyak variasi kue dan menjajakannya ke kantor-kantor di sekitar sana. Tak disangka, kue-kue Bu Siti laris manis, bahkan ada yang memesan untuk acara hajatan. Penjualan kue inilah yang akhirnya menopang mereka di masa sulit itu.
Sebaliknya, saat Bu Siti pernah sakit demam tinggi, Pak Budi tak beranjak dari sisinya. Ia dengan telaten mengompres, menyuapi bubur, dan membacakan dongeng-dongeng lama agar Bu Siti bisa tidur nyenyak. "Kamu itu memang suami paling baik sedunia," bisik Bu Siti lirih. Pak Budi hanya tersenyum, "Kamu juga istri paling tangguh yang pernah saya kenal, Bu."
Bagi Pak Budi dan Bu Siti, kebahagiaan bukanlah tentang harta atau kemewahan. Kebahagiaan adalah tentang saling mengasihi, saling mendukung, dan saling memahami. Itu adalah tawa renyah di setiap canda, sentuhan lembut di kala duka, dan keyakinan bahwa mereka selalu memiliki satu sama lain, apa pun yang terjadi. Mereka tahu bahwa cinta yang tulus dan rasa syukur yang mendalam adalah pondasi kebahagiaan sejati, yang bahkan bisa membuat rumah sederhana mereka terasa seperti istana.
AlusNewsCeritaPendek
