"Di Bawah Bayang-bayang Roro Jonggrang", Vito & Kiki Mengungkap Legenda

Di Bawah Bayang-bayang Roro Jonggrang

Vito & Kiki

Pagi itu, mentari mulai menghangatkan bebatuan kuno Prambanan. Vito, si semut pemberani, merangkak di antara ukiran indah. Kiki, kepik bersayap merah cerah, terbang rendah mengawasinya. Mereka adalah sahabat sejati, siap untuk petualangan baru.


"Kiki, lihat! relief ini bercerita tentang apa ya?" tanya Vito, menunjuk ukiran rumit. Kiki hinggap di sampingnya. "Aku dengar ini tentang Roro Jonggrang dan Bandung Bondowoso," bisiknya. Mata Vito berbinar penasaran.

Mereka memutuskan menjelajahi candi-candi tinggi. Setiap lorong dan sudut menyimpan bisikan masa lalu. Angin sejuk seolah membawa cerita-cerita kuno. Vito merasa merinding tipis, tapi rasa ingin tahunya lebih besar.

Tiba-tiba, mereka mendengar bisikan aneh dari dalam Candi Siwa. "Seribu candi... seribu candi..." suaranya samar, seperti desah napas. Vito dan Kiki saling pandang. Mereka tahu ini adalah awal dari petualangan.

Dengan hati-hati, mereka masuk. Ruangan terasa gelap dan dingin. Bayangan patung dewa tampak menari-nari di dinding. Vito merasakan hawa misterius menyelubungi mereka. Kiki mengepakkan sayapnya pelan.

"Itu pasti suara Roro Jonggrang," kata Kiki dengan nada serius. "Legenda mengatakan ia dikutuk menjadi patung di sini." Vito menelan ludah. Ia tak pernah membayangkan akan begitu dekat dengan legenda.

Mereka terus melangkah, mengikuti suara bisikan. Suara itu kini lebih jelas, bercampur dengan isak tangis. Vito teringat kisah Bandung Bondowoso yang harus membangun seribu candi dalam semalam.

Di sudut paling gelap, mereka melihat bayangan patung wanita. Wajahnya tampak sedih dan sendu. Itulah patung Roro Jonggrang yang dikutuk. Aura kesedihan begitu terasa di sekitarnya.

Vito dan Kiki merasa kasihan. Mereka tahu legenda ini adalah kisah cinta yang tragis. Mereka ingin melakukan sesuatu. "Kita harus menghiburnya," usul Kiki, matanya berbinar.

Vito mengangguk setuju. Ia lalu berteriak sekuat tenaga, "Roro Jonggrang, jangan sedih! Kami di sini bersamamu!" Kiki terbang mengelilingi patung, membuat lingkaran cahaya kecil.

Ajaibnya, bisikan dan isakan itu perlahan mereda. Sebuah kehangatan lembut menyelimuti mereka. Vito dan Kiki merasa lega. Mereka tahu Roro Jonggrang merasakan kehadiran mereka.

Mereka berdua menghabiskan waktu sejenak di sana. Kemudian, mereka melanjutkan perjalanan keluar. Petualangan kali ini sungguh berbeda. Mereka tidak hanya melihat candi, tapi juga merasakan jiwanya.

Di luar, mentari semakin meninggi. Prambanan terlihat megah dan tenang. Vito dan Kiki merasa bangga. Mereka telah mengungkap sedikit misteri di bawah bayang-bayang Roro Jonggrang.

Kisah itu akan selalu menjadi kenangan. Mereka telah merasakan denyut legenda yang hidup. Vito dan Kiki tahu, Prambanan bukan hanya kumpulan batu. Ia adalah rumah bagi cerita tak lekang oleh waktu.

Dan persahabatan mereka, seperti candi itu, akan berdiri kokoh.

AlusNewsVito&Kiki