Play pembaca berita
Purbaya Yudhi Sadewa Tunjukkan Taring
Indonesia di Meja Negosiasi Internasional
'Tangan Kita di Atas!
ALUS NEWS Jakarta – Menteri Keuangan, Purbaya Yudhi Sadewa, kembali menunjukkan sikap tegas dan berwibawa dalam menghadapi negosiasi internasional. Dalam sebuah kesempatan, Purbaya membagikan kisah nyata pengalamannya saat mendampingi perundingan bilateral swap agreement (BSA) dengan Bank Sentral Tiongkok, di mana ia berhasil mengubah posisi Indonesia dari 'meminta' menjadi 'menjual mahal'.
Kisah ini berawal dari pandangan umum yang menyatakan bahwa Indonesia harus gencar mengundang investasi asing (FDI) untuk mengakselerasi pertumbuhan ekonomi. Purbaya meluruskan pandangan ini dengan kebijaksanaan yang patut diacungi jempol. "Investor asing tidak datang ke sini untuk membangun ekonomi Indonesia. Dia datang ke sini untuk menikmati kue pertumbuhan ekonomi Indonesia," ujar Purbaya.
Menurutnya, modal utama Indonesia adalah menciptakan pertumbuhan ekonomi yang cepat dan iklim investasi yang baik. Setelah modal itu tercipta, barulah kita berada di posisi tawar yang kuat. "Begitu terjadi, mereka akan beramai-ramai masuk ke sini, saya akan jual mahal sedikit. Ngapain saya minta-minta?" katanya menegaskan pentingnya kedaulatan ekonomi.
Negosiasi BSA dengan
Bank Sentral Tiongkok
Purbaya kemudian menceritakan pengalamannya dalam negosiasi perpanjangan dan peningkatan nilai bilateral swap agreement antara Bank Sentral kedua negara, dari $20 miliar menjadi $30 miliar. Meskipun bidangnya adalah maritim, ia diutus oleh atasannya untuk mengawal proses negosiasi moneter tersebut.
Saat perundingan berlangsung, Purbaya merasa geram melihat delegasi Indonesia tampak terlalu merendah dalam mengajukan permintaan. "Gua lihat, sompret! Kita ngemis-ngemis sama Cina!" ungkapnya.
Tidak tahan dengan situasi tersebut, Purbaya mengambil langkah berani untuk membalikkan keadaan. Ia menyela pembicaraan dan berkata kepada Gubernur Bank Sentral Tiongkok:
"Pak Gubernur, Menteri saya (atasan Purbaya) mau ke Cina bulan depan. Dia akan ngomongin bilateral swap agreement ini. Dia akan ketemu dengan dua Menko (Menteri Koordinator) di Cina. Bosnya Gubernur," ujar Purbaya, mengingatkan bahwa Bank Sentral Tiongkok berada di bawah koordinasi Menko Perekonomian di sana.
Purbaya dengan cerdik menggunakan jalur politik tingkat tinggi untuk memberikan tekanan negosiasi. Ia menutup intervensinya dengan kalimat: "Jadi Anda harus siapkan dengan baik. Jangan sampai nanti Anda susah."
Reaksi dari pihak Tiongkok sangat cepat. Mereka yang semula berdalih masih perlu menghitung dan lambat dalam mengambil keputusan, tiba-tiba langsung panik. Setelah ditekan, Purbaya mengajukan target, "Ya sudah, kamu bisa selesaikan seminggu enggak?"
Purbaya pun menutup cerita ini dengan bangga, "Bisa! Bisa! Bisa! Jadi walaupun kita minta duit, kita hajar dia! Menang! Kita menang!"
Kisah ini menjadi bukti nyata kepemimpinan Purbaya Yudhi Sadewa yang selalu menempatkan kehormatan dan kedaulatan Indonesia di posisi tertinggi. Ia selalu menekankan, "Tangan kita di atas." Sikap tegas, cerdas, dan patriotik dari Menteri Keuangan ini berhasil memastikan Indonesia tidak hanya mendapatkan kesepakatan terbaik, tetapi juga dihormati di mata dunia.
